Langsung ke konten utama

Sedikit Tentang; Maryam oleh Okky Madasari

Menghabiskan hari Minggu yang mendung ini dengan membaca sebuah novel karangan Okky Madasari yang berjudul Maryam. Novel ini merupakan pemenang Khatulistiwa Literary Award 2012; Prosa. Sebenarnya sudah cukup lama novel ini bertengger di rak buku toko Gramedia Botani Square dan tidak jadi-jadi saya beli, sampai akhirnya sekarang buku ini sudah masuk dijajaran rak buku di kamar saya.
Maryam oleh Okky Mandasri

Maryam menceritakan tentang sebuah kehidupan yang dialami oleh orang-orang minoritas. Saya paham kaum minoritas di negara ini masih butuh kepedulian dari pemerintah terutama pemimpin negera. Sebab banyak di luar sana orang-orang yang sering kali sengaja mengompor-ngompori sesuatu sehingga merusak kedamaian. Buku ini mengisahkan "tentang mereka yang terusir karena iman di negeri yang penuh keindahan ". Demikian serangkaian kalimat yang tertulis di sampul depan buku berwarna biru dengan seorang wanita yang tengah menggenggam rumah, miliknya.
Yang menarik dari novel ini bersebab kejadian dari novel ini memang benar terjadi di negara ini. Meski mungkin cerita di dalamnya bisa jadi non-fiksi yang dibumbui dengan imajinasi. Dan Okky berhasil merangkai kisah kehidupan kaum minoritas tersebut dengan begitu apik. Mungkin buku ini sebagai media ungkapan dari kaum minoritas tersebut yang suaranya sampai kini masih masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Saya turut bersedih dengan hak mereka yang dirampas secara paksa, meski saya bukan salah satu dari penganut iman yang diceritakan di dalam buku Maryam. Tapi, setidaknya saya juga menginginkan kedaimaian dan keamanan di negeri sendiri, tanah sendiri, rumah sendiri, yang sudah tercacat sebagai hak saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: Ada “Lubang dari Separuh Langit” yang Dilihat Afrizal Malna

Novel yang keberadaanya sudah dikenal pada juli 2004 kembali lahir dengan wujud baru pada bulan September di tahun yang sama. Kepemilikannya sebenarnya sudah berada di dua tangan yang sebelumnya bernama Ira. Dan kini, buku karya Afrizal Malna ini telah berada di tangan saya sejak kemarin siang dan baru saja saya baca dan menyelesaikannya pagi ini (12/08). Detik yang menunjuk pada pukul 8.25 di tanah Yogyakarta pada pagi yang bising dengan suara hati yang penuh dengan tekanan dan rasa bersalah membuat saya sedikit terusik dalam fokus membacanya. Seperti biasanya, saya lebih suka novel dengan kehidupan sosial dan permasalahan negara yang memang masih sering terjadi di negara ini. Saya merasa beberapa penulis memang sengaja mengambil topik ini sebab ingin menyalurkan dan menyampaikan secara lebih sederhana dan mudah agar semua kalangan bisa memahami. Tentu lewat batas kasta dan kelas yang selama ini masih sering diagungkan di   negeri ini, barangkali seperti kata seorang tokoh ...

Waktu Masih Berputar

 Oleh: Aifia A. Rahmah Satu detik yang lalu, seorang laki-laki tua yang telah tiga tahun silam menjadi pekerja parkir di salah satu mall ternama tercengang. Bola mata hitamnya terlampau fokus pada sebuah jam tangan bernama lelaki asing yang sulit ia eja, Michael Kors. Mahal dan berpenampilan seindah wanita dengan putih bernuansa. Entah siapa yang kehilangan atau sengaja meletakkannya di pos jaga. Yang jelas, saat ini laki-laki itu harus menjaganya. Sesiapapun barangkali akan kembali untuk mengambilnya. Lantas, tiba-tiba perhatiannya teralihkan. Jarum jam tangan yang ia genggang diam. Dua orang berjenis perempuan dengan pakaian kumal datang beriringan. Salah satu di antaranya terlihat telah berusia, yang lainnya masih begitu muda. Keduanya mencoba masuk ke dalam mall tempat kerjanya. Tapi, langkah mereka hanya terhenti tepat di depan dinding-dinding kaca yang menawarkan kemewahan metropolitan. Kedua perempuan itu terdiam. Cukup lama tanpa melakukan apa-apa. Tiba-tiba, ad...

Review: Nagabonar Asrul Sani dalam Kajian Sosiologi Sastra- Dedi Pramana

Nagabonar beberapa tahun silam pernah dibuat ulang menjadi sebuah film setelah kesuksesan pada film sebelumnya yang dibintangi oleh Dedy Mizwar. Film dengan latar budaya Batak yang ceplas ceplos dan lugu itu mampu menampilkan film satire khas Asrul Sani untuk menyampaikan pesannya.                 Film menjadi salah satu produk budaya populer yang merupakan budaya yang banyak diminati oleh masyarakat. Lain halnya dengan budaya pop yang berusaha membuat sesuatu yang buruk bisa menjadi baik atau sebaliknya sehingga budaya pop adalah budaya untuk menciptakan sesuatu yang berbeda. Ada pula budaya rakyat yaitu budaya yang berkembang di dalam masyarakat dan dinikmati oleh khalayak ramai pula.  Nagabonar                 Pengertian budaya tersebut berlaku pula pada sastra populer. Satra populer adalah sastra yang menjadi sele...