Tertanggal 4 pada bulan ke lima di dua ribu dua belas, saya tertarik dengan salah satu buku hasil sayembara menulis novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2012. Berjudul Semusim, dan Semusim Lagi oleh Andina Dwifatma. Sebenarnya sedikit merasa aneh dengan sampul buku yang bergambar ikan mas yang terduduk di sebuah bangku, menurut saya itu seperti tidak berhubungan dengan judul bukunya (menurut saya yang masih sangat awan!). Maka saya, membalik buku, memperlihatkan sampul belakangnya, alhasil ada sebuah puisi dan testimoni dari dua orang tokoh sastra; Sitor Situmorang dengan karyanya Surat Kertas Hijau dan juga Seno Gumira Adjidarma. Ternyata judul buku itu merupakan salah satu larik puisi tersebut.
Setelah selesai membaca pagi ini -karena semalam sudah ngatuk sekali-, saya baru menyadari kalau gambar hewan yang hidup di air itu ternyata sebuah imajinasi sang tokoh utama yang mengalami sesuatu yang -saya sendiri- tidak menduganya.
Mengisahkan tentang seorang gadis yang tidak memiliki hubungan baik (kalau saya boleh menyebutnya demikian) dengan kedua orangtuanya, juga dengan orang-orang sekitarnya; tentang cinta juga. Ada ketertarikan yang membuat saya tidak ingin berhenti begitu saja ketika membacanya. Ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi! Sayangnya, setelah akhir cerita seakan saya belum bisa menjawab pertanyaan dalam benak saya, "Kenapa si Aku begitu? Sejak kapan?".
Semusim, dan Semusim Lagi by Andina Dwifatma, Gramedia 2013 | Photo: Aifia A. Rahmah |
Setelah selesai membaca pagi ini -karena semalam sudah ngatuk sekali-, saya baru menyadari kalau gambar hewan yang hidup di air itu ternyata sebuah imajinasi sang tokoh utama yang mengalami sesuatu yang -saya sendiri- tidak menduganya.
Mengisahkan tentang seorang gadis yang tidak memiliki hubungan baik (kalau saya boleh menyebutnya demikian) dengan kedua orangtuanya, juga dengan orang-orang sekitarnya; tentang cinta juga. Ada ketertarikan yang membuat saya tidak ingin berhenti begitu saja ketika membacanya. Ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi! Sayangnya, setelah akhir cerita seakan saya belum bisa menjawab pertanyaan dalam benak saya, "Kenapa si Aku begitu? Sejak kapan?".
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar Anda untuk memastikan bahwa Anda adalah manusia, bukan robot ataupun alien.