Manusia tidak akan
pernah menjadi sempurna, atau sesempurnanya manusia itu di hadapan manusia lain hanya sebatas intuisi hati untuk meyakinkan
bahwa ialah orang yang tepat. Sebab pada hakekatnya manusia bukan makhluk yang
memiliki sifat itu. Hanya Tuhan di singga sana-Nya yang memiliki kesempurnaan
yang tiada tara.
Kesalahan sering pula terdengar
di telinga sebagai bagian dari manusia yang tidak pernah bisa dielakkan. Entah karena
kesadaran maupun ketiadaannya. Sebab sebenarnya tidak ada kegelapan. Ia hanya
ketiadaan cahaya pada suatu ruang dimana mata tidak sanggup melihat. Lantas,
bagaimana dengan manusia yang memiliki kesalahan? Sebenarnya bukan sepenuhnya
kesalahan ada pada manusia, melainkan belum adanya hal yang benar dalam diri
seseorang. Kesalahan atau kegelapan sebatas kata untuk memudahkan bahasa.
Biasanya
kesalahan-kesalahan tersebutlah yang menjadi kambing hitam dalam sebuah
permasalahan, padahal barangkali itu bukan kesalahan hanya ketidaksengajaan.
Itu bukan suatu perlindungan atau pertahanan dengan benteng alasan. Hanya saja,
seseorang terkadang harus menerima sebuah alasan setidak logis suatu alasan
tersebut. Pada akhirnya, hal yang paling mulia dan tulus hanya sebatas maaf
yang bisa mewakili segalanya.
Pada kenyataannya memafkan
orang tidak semudah membalikkan telapak tangan, pun dengan meminta maaf
terkadang juga tak semudah mengedip mata. Itu semua tentu beralasan juga. Dan
tidak semua alasan berlaku buruk di dalamnya. Sebab sifat orang berbeda-beda.
Sebab menanggapi seseorang tidak akan selalu sama. Dan manusia tidak semuanya
mampu membaca bahasa selain kata atau wacana. Sesuatu terkadang memang perlu
untuk dikatakan. Diungkapkan.
Meski pada hakekaknya
ketika hati sudah terluka, pasti akan meninggalkan bekas juga. Tapi, jika
seseorang bisa setulus untuk memudarkan rasa sakit itu, nisacaya akan ada
kedamaian di hati semua orang.
Dan sebenarnya dari
mana munculnya rasa sakit itu? Itu banyak sebab. Salah satunya adalah ketidak
peduliaan seseorang terhadap manusia lain. Tapi, perlu diingatkan suatu tindakan
pasti mempunyai alasan sendiri, meski terkadang tidak disadari dan perlu
digarisbawahi bahwa tidak semua alasan itu buruk.
Sama halnya ketika
suatu peristiwa buruk menimpa orang di sekitar, orang terdekat. Tapi, seseorang
pun memiliki keterbatasan karena ketidaksengajaan, hingga orang tersebut tidak
menolong orang terdekatnya. Tau kah, bahwasanya terkadang orang yang terlihat
tidak memedulikan, mungkin ia termasuk orang yang selalu mendoakan dalam
diamnya. Lantas, Tuhan yang selalu menjadi pendengar segala resah dan gundah
hamba-Nya-lah yang memilih seseorang untuk menolong manusia.
Di langit sana, Ia
tidak pernah pandang bulu dalam memilih orang untuk melakukan kebaikan. Ia
pulalah yang membolak-balikkan hati seseorang. Bagaimana pun hidup berhadapan dengan
manusia lain, bukan hal yang mudah. Sebab hati manusia rapuh adanya. Sebab
seperti yang semua orang bicarakan bahwa manusia tidak pernah luput dari dosa.
Tapi, adakah yang pernah menyadari bahwa dengan demikian, manusia lebih banyak
memiliki kesempatan untuk dipeluk Tuhan. Diingatkan tanpa bentakan. Melainkan
dengan kasih sayang yang melebihi apa pengertiannya sendiri. Tentu dengan
caranya yang tidak pernah bisa disangka-sangka. Sebab manusia memiliki
keterbatasan. Maka Tuhan bebas memilih siapa saja menjadi perantara kasih
sayangnya.
Yogyakarta, 25
Oktober 2013
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar Anda untuk memastikan bahwa Anda adalah manusia, bukan robot ataupun alien.