Langsung ke konten utama

Film Komedi: Tertawa Tanpa Paksaan



Tertawa menjadi bagian yang begitu menyenangkan dalam kehidupan sebab dengan tertawa maka akan membuat seseorang merasa rileks dan terbebas dari beban kehidupan. Salah satu produk budaya populer untuk menghilangkan kepenatan setelah melakukan rutinitas sehari-hari adalah film dengan genre komedi.
Film komedi meski sekarang ini tidak begitu banyak diproduksi dan terkalahkan oleh film romance dengan aktor dan aktris yang menawan tetap memiliki daya tarik sendiri. Namun, dalam memproduksi film komedi bukanlah hal yang gampang. Pasalnya, membuat orang tertawa adalah sesuatu yang cukup sulit. Apalagi kalau si pembuatnya bukan orang yang memiliki jiwa humor yang tinggi dan lucu bagi seseorang belum tentu lucu bagi yang lainnya.
Tantangan membuat film genre komedi menjadi salah satu bagian tugas ujian tengah semester pada salah satu mata kuliah di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Adalah screening bersama yang membuat angkatan kami menonton hasil tugas masing-masing kelompok. Pun beberapa ada yang berkata-kata, “Lucu nggak lucu harus ketawa!”. Entah kalimat itu berupa ancaman atau guyonan, tapi yang pasti, itu adalah salah satu wujud kekhawatiran ketika mencipta sebuah film komedi tidak segampang tertawa itu sendiri.
Film komedi yang tercipta dari seluruh kelas A, B, dan C di perlihatkan satu per satu dengan jeda komentar dari sang maestro dosen Editing. Tidak akan saya jelaskan seperti apa komentar per filmnya. Sedikit yang bisa dibagikan adalah dalam membuat film komedi tetap harus memperhatikan logika cerita. Film komedi tetap dapat meningkatkan dramatisasi dengan adanya timing yang tepat dari sang editor ketika menempatkan visual-visual yang dihasilkan oleh om kameramen. Mendengarkan hal ini, maka ketika membuat film komedi ada baiknya menyediakan berbagai macam shot yang dibutuhkan dengan didahului konsep yang matang. Eksplore adegan!
Film komedi yang lebih mengutamakan unsur dialog harus sangat dicermati. Semisal jawaban-jawaban yang tercipta dari pertanyaan tokoh dapat diplesetkan atau diberi kejutan-kejutan untuk membuat penonton tertawa.Demikianlah sedikit -sekali- tentang film komedi. Bisa dilanjutkan lain waktu ketika malas tidak berhasil memburuku.

Screening bersama 21 Nopember 2014
Telah diputuskan, bahwa ia terduduk tepat di kelopak matamu. Dan aku tidak bisa melakukan selain diam dan terpaku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: Ada “Lubang dari Separuh Langit” yang Dilihat Afrizal Malna

Novel yang keberadaanya sudah dikenal pada juli 2004 kembali lahir dengan wujud baru pada bulan September di tahun yang sama. Kepemilikannya sebenarnya sudah berada di dua tangan yang sebelumnya bernama Ira. Dan kini, buku karya Afrizal Malna ini telah berada di tangan saya sejak kemarin siang dan baru saja saya baca dan menyelesaikannya pagi ini (12/08). Detik yang menunjuk pada pukul 8.25 di tanah Yogyakarta pada pagi yang bising dengan suara hati yang penuh dengan tekanan dan rasa bersalah membuat saya sedikit terusik dalam fokus membacanya. Seperti biasanya, saya lebih suka novel dengan kehidupan sosial dan permasalahan negara yang memang masih sering terjadi di negara ini. Saya merasa beberapa penulis memang sengaja mengambil topik ini sebab ingin menyalurkan dan menyampaikan secara lebih sederhana dan mudah agar semua kalangan bisa memahami. Tentu lewat batas kasta dan kelas yang selama ini masih sering diagungkan di   negeri ini, barangkali seperti kata seorang tokoh ...

Bingkai Estetik; Melangkah Menuju Jurnalistik yang Estetik

“Fungsi tulisan adalah menyampaikan yang tidak bisa dikatakan.” Restu Ismoyo Aji             Memasuki ranah jurnalistik sastrawi atau yang diperkenalkan dan akan dijalani oleh lembaga pers mahasiswa kampus seni adalah jurnalisme yang estetik. Gagasan jurnalisme yang estetik berasal dari penanggungjawab lpm kampus kami, pak Koskow. Dengan pengantar sebuah tulisan miliknya, maka dikenalkan bahwa jurnalistik yang estetik adalah sebuah ajakan yang meskipun akan sulit untuk dipahami, mengutip dari tulisan beliau bahwa yang estetik adalah menunjuk pada praktik seni yang katakanlah di luar arus utama. Membaca kalimat tersebut, maka jurnalistik yang estetik bukan berati kalah dengan jurnalistik yang ada di luar sana namun memiliki gaya kepenulisan yang berbeda dan tentu dengan analisis yang mendalam pula.             Berkaitan dengan praktik seni yang ada, setiap orang din...

Film Action Drama

 Satu genre film yang menjadi tugas akhir semester Videografi 2, Action Drama . Genre ini tentu saja bersahabat sekali dengan adegan-adegan perkelahian yang merupakan salah satu daya tarik untuk memikat penonton. Tapi, sering kali saya melihat film dengan genre action drama pasti salah satu diantaranya yaitu untuk versi dramanya seringkali diabaikan. Meskipun tidak semua film demikian. proses pembuatan film dengan genre Action Drama ini sekitar kurang lebih seminggu untuk proses syutingnya sendiri. Ada beberapa masalah yang menjadi kendala dalam proses pembuatannya, tapi kami cukup bisa untuk mengatasinya. Sampai pada tiba waktunya untuk melakukan penayangan film kami dan juga film kelompok lainnya, pihak dosen memberikan komentar, tanggapan, dan juga pertanyaan yang sangat membangun dan tentu saja membuat menciut sebab beberapa pertanyaan terkadang tidak mampu kami jawab sesuai dengan teori. Hal ini saya pahami sebab kebanyakan diantara kami lebih suka melakukan praktek d...