Masih ingin menulis sesuatu berdasarkan pandangan saja, meski tidak ada sumber ilmiah. Tapi, ini hanya sekadar menulis di blog, siapa saja boleh menulis tentang apa saja meski itu hanya berdasarkan perasaan kan?
Saya hanya merasa Indonesia entah suatu kapan akan menjadi malaikat bagi dunia. Seperti penyelamat, kalau saya boleh menyebutnya demikian. Sebab saya pikir, di luar sana ada banyak pemikiran orang Indonesia yang siap merubah dunia. Tentu dengan masih menyandang kewarganegaraan Indonesia. Meski saya sendiri tahu, Indonesia sampai sekarang bahkan belum mampu mengindonesiakan dirinya. Tapi, itu suatu hari pasti akan terjadi. Dimana Indonesia bisa menjadi negara adidaya yang bermoral dan berketuhanan. Dimana rakyatnya sudah sejahtera dan tidak ada lagi berbagai permasalahan pelik lainnya.
Saya sudah sangat suka dengan Indonesia. Apalagi dengan sumber daya alam dan juga keberagaman. Juga otak-otak sebagian besar orang yang siap menaikkan martabat bangsa. Sebab saya sekarang mulai menyadari tidak semua hal buruk ada di Indonesia. Serta masih banyak orang yang peduli dan siap berjuang demi revolusi.
Yah, pada nyatanya saya juga belum mampu melakukan apa-apa. Ditambah lagi, sampai sekarang masih belum tahu apa dan bagaimana harus mulai memperjuangkan negeri ini. Tapi, baiklah barangkali saya ingin mengatakan sesuatu:
1. Saya tidak akan menyatakan bahwa mayoritas orang Indonesia Islam maka Indonesia bisa menjadi negara paling benar. Saya hanya ingin bersikap objektif bahwa Indonesia dengan memiliki keyakinan terhadap Tuhan dari masing-masing kepercayaan bisa membuat negeri ini lebih bermoral dan mencintai kemanusian. Bukankah setiap agama pasti mengajarkan kebaikan?
2. Dengan adanya keberagamaan. Dengan begitu seharusnya kita sebagai salah satu yang ada di dalamnya mampu saling menghargai, bukan lagi bermusuhan dan menganggap diri sendiri adalah seorang yang paling benar. Terlebih kalau sudah urusan pendapat seperti ini, saya pikir orang Indonesia cukup keras kepala. Seharusnya bisa sekeras itu pula dalam memperbaiki Indonesia juga?
3. Adanya orang-orang yang disebut Alay. Mereka mungkin gerenasi muda yang seharusnya lebih diperhatikan akan lebih pandai dalam bersikap. Pada dasarnya saya sendiri tidak tahu kenapa seseorang bisa disebut alay. Hanya saja saya pernah mencoba mendefinisikan arti alay, yaitu melakukan seusatu tindakan yang tidak sesuai dengan masyarakat kebanyakan. Seperti halnya menulis tulisan dengan menggabungkan huruf dan angka, tapi ini malah bisa membuat kode rahasia agar google translate tidak mempunyai kesempatan untuk menerjemahkan apa yang sedang orang lain bicarakan bukan? Lalu, tentang fans-fans idola dalam negeri yang sering pula dikatakan demikian karena sikap berlebihan mereka. Tapi, saya lebih simpati pada mereka karena telah memperjuangkan produk dalam negeri, meski terkadang sikap dan ucapan mereka tidak masuk akal. Sebab saya tidak begitu suka -tapi masih menghormati dan terkadang menikmati musik luar negeri- pada fans-fansnya musik luar negeri yang sering kali menghina musik dalam negeri. Tidak semua memang, tapi saya tetap tidak merasa nyaman. Seakan menghina masakan ibu yang sudah dibuat dengan cinta, dan menyukai masakan orang baru yang bakal belum dikenal sama sekali. Bukankah itu menyakitkan?
Meski saya juga tahu, kalau musik juga sudah merambah dunia industri dan telah dipropanganda oleh industri itu sendiri. Musik seperti bukan lagi seni. Melainkan pelampiasan seseorang untuk meraih uang! Barangkali demikian.
Tapi saya juga tahu masih banyak orang idealis di negeri ini.
Saya hanya merasa Indonesia entah suatu kapan akan menjadi malaikat bagi dunia. Seperti penyelamat, kalau saya boleh menyebutnya demikian. Sebab saya pikir, di luar sana ada banyak pemikiran orang Indonesia yang siap merubah dunia. Tentu dengan masih menyandang kewarganegaraan Indonesia. Meski saya sendiri tahu, Indonesia sampai sekarang bahkan belum mampu mengindonesiakan dirinya. Tapi, itu suatu hari pasti akan terjadi. Dimana Indonesia bisa menjadi negara adidaya yang bermoral dan berketuhanan. Dimana rakyatnya sudah sejahtera dan tidak ada lagi berbagai permasalahan pelik lainnya.
Saya sudah sangat suka dengan Indonesia. Apalagi dengan sumber daya alam dan juga keberagaman. Juga otak-otak sebagian besar orang yang siap menaikkan martabat bangsa. Sebab saya sekarang mulai menyadari tidak semua hal buruk ada di Indonesia. Serta masih banyak orang yang peduli dan siap berjuang demi revolusi.
Yah, pada nyatanya saya juga belum mampu melakukan apa-apa. Ditambah lagi, sampai sekarang masih belum tahu apa dan bagaimana harus mulai memperjuangkan negeri ini. Tapi, baiklah barangkali saya ingin mengatakan sesuatu:
1. Saya tidak akan menyatakan bahwa mayoritas orang Indonesia Islam maka Indonesia bisa menjadi negara paling benar. Saya hanya ingin bersikap objektif bahwa Indonesia dengan memiliki keyakinan terhadap Tuhan dari masing-masing kepercayaan bisa membuat negeri ini lebih bermoral dan mencintai kemanusian. Bukankah setiap agama pasti mengajarkan kebaikan?
2. Dengan adanya keberagamaan. Dengan begitu seharusnya kita sebagai salah satu yang ada di dalamnya mampu saling menghargai, bukan lagi bermusuhan dan menganggap diri sendiri adalah seorang yang paling benar. Terlebih kalau sudah urusan pendapat seperti ini, saya pikir orang Indonesia cukup keras kepala. Seharusnya bisa sekeras itu pula dalam memperbaiki Indonesia juga?
3. Adanya orang-orang yang disebut Alay. Mereka mungkin gerenasi muda yang seharusnya lebih diperhatikan akan lebih pandai dalam bersikap. Pada dasarnya saya sendiri tidak tahu kenapa seseorang bisa disebut alay. Hanya saja saya pernah mencoba mendefinisikan arti alay, yaitu melakukan seusatu tindakan yang tidak sesuai dengan masyarakat kebanyakan. Seperti halnya menulis tulisan dengan menggabungkan huruf dan angka, tapi ini malah bisa membuat kode rahasia agar google translate tidak mempunyai kesempatan untuk menerjemahkan apa yang sedang orang lain bicarakan bukan? Lalu, tentang fans-fans idola dalam negeri yang sering pula dikatakan demikian karena sikap berlebihan mereka. Tapi, saya lebih simpati pada mereka karena telah memperjuangkan produk dalam negeri, meski terkadang sikap dan ucapan mereka tidak masuk akal. Sebab saya tidak begitu suka -tapi masih menghormati dan terkadang menikmati musik luar negeri- pada fans-fansnya musik luar negeri yang sering kali menghina musik dalam negeri. Tidak semua memang, tapi saya tetap tidak merasa nyaman. Seakan menghina masakan ibu yang sudah dibuat dengan cinta, dan menyukai masakan orang baru yang bakal belum dikenal sama sekali. Bukankah itu menyakitkan?
Meski saya juga tahu, kalau musik juga sudah merambah dunia industri dan telah dipropanganda oleh industri itu sendiri. Musik seperti bukan lagi seni. Melainkan pelampiasan seseorang untuk meraih uang! Barangkali demikian.
Tapi saya juga tahu masih banyak orang idealis di negeri ini.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar Anda untuk memastikan bahwa Anda adalah manusia, bukan robot ataupun alien.