Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Review: Nagabonar Asrul Sani dalam Kajian Sosiologi Sastra- Dedi Pramana

Nagabonar beberapa tahun silam pernah dibuat ulang menjadi sebuah film setelah kesuksesan pada film sebelumnya yang dibintangi oleh Dedy Mizwar. Film dengan latar budaya Batak yang ceplas ceplos dan lugu itu mampu menampilkan film satire khas Asrul Sani untuk menyampaikan pesannya.                 Film menjadi salah satu produk budaya populer yang merupakan budaya yang banyak diminati oleh masyarakat. Lain halnya dengan budaya pop yang berusaha membuat sesuatu yang buruk bisa menjadi baik atau sebaliknya sehingga budaya pop adalah budaya untuk menciptakan sesuatu yang berbeda. Ada pula budaya rakyat yaitu budaya yang berkembang di dalam masyarakat dan dinikmati oleh khalayak ramai pula.  Nagabonar                 Pengertian budaya tersebut berlaku pula pada sastra populer. Satra populer adalah sastra yang menjadi selera banyak orang meskipun lebih menekankan pada psikologis dan bersifat hiburan serta memiliki konflik yang sederhana-steriotipe. Sastra populer dikatakan

Review: Teori Apresiasi Sastra oleh Dra. Sugihastutu, M.S

Cara menghargai sebuah karya sastra salah satunya adalah dengan memberikan apresiasi sebagai wujud penghargaan. Buku dengan   judul Teori Apresiasi Sastra ini ternyata bukan menunjukan bentuk atau macam dari teori apresiasi sastra namun berisi beberapa kumpulan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.                 Buku ini membantu saya menemukan beberapa hal mengenai pendekatan ekspresif yang menunjukan bahwa makna karya sastra ditentukan oleh maksud pengarangnya yang disebutkan oleh dua tokoh yaitu Juhl dan Hirsch. Dalam karya sastra juga terdapat genre true story yang bisa berasal dari pengalaman pribadi pengarang maupun berupa buku catatan harian. Seperti halnya sebuah film yang juga terkadang based on true story .   Mengingat hal tersebut novel dan film memiliki keterkaitan apalagi sekarang ini film banyak sekali yang diadaptasi dari novel. Teori Apresiasi Sastra                 Mengapresiasi karya sastra dapat dilakukan dari sudut pandang teori resepsi yai

Wardrobe dan Hair Do Kim Soo Hyun pada Drama Korea You Who Come From the Star

Budaya sudah tidak lagi menjadi hanya milik bangsa sendiri atau milik bangsa lain, budaya sudah mampu merambah keberbagai negara sebagai salah satu usaha untuk mengeksistensikan keberadaan negaranya serta sebagai promosi wisata. Salah satunya adalah   Korea Selatan yang menjadi salah satu negara yang tengah menggencarkan-gencarkan memasukan Hallyu ke berbagai negara termasuk Indonesia.             Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang dengan sangat mudah mengucap selamat datang ketika budaya-budaya dari luar berdatangan dan kebanyakan   mulai menelantarkan budaya bangsanya sendiri. Kehadiran budaya Korea Selatan melalui musik dan dramanya menjadi salah satu budaya populer di kalangan masyarakat Indonesia khususnya wanita. Mengingat seperti tulisan yang terdapat pada Dedi Pramana pada penelitiannya mengenai Nagabonar Asrul Sani dalam Kajian Sosiologi Sastra bahwa budaya populer lebih menekankan pada hal-hal yang bersifat wanita. Artinya, lebih menyukai hal-ha

Review: Ada “Lubang dari Separuh Langit” yang Dilihat Afrizal Malna

Novel yang keberadaanya sudah dikenal pada juli 2004 kembali lahir dengan wujud baru pada bulan September di tahun yang sama. Kepemilikannya sebenarnya sudah berada di dua tangan yang sebelumnya bernama Ira. Dan kini, buku karya Afrizal Malna ini telah berada di tangan saya sejak kemarin siang dan baru saja saya baca dan menyelesaikannya pagi ini (12/08). Detik yang menunjuk pada pukul 8.25 di tanah Yogyakarta pada pagi yang bising dengan suara hati yang penuh dengan tekanan dan rasa bersalah membuat saya sedikit terusik dalam fokus membacanya. Seperti biasanya, saya lebih suka novel dengan kehidupan sosial dan permasalahan negara yang memang masih sering terjadi di negara ini. Saya merasa beberapa penulis memang sengaja mengambil topik ini sebab ingin menyalurkan dan menyampaikan secara lebih sederhana dan mudah agar semua kalangan bisa memahami. Tentu lewat batas kasta dan kelas yang selama ini masih sering diagungkan di   negeri ini, barangkali seperti kata seorang tokoh di d